|
Post by yulia_colldz on Jun 21, 2017 14:34:28 GMT
PROLOG: UNKNOWN MESSENGER
Kalian bisa posting di Night Time dan mengisinya dengan prolog karakter kalian, kegiatan kalian selama musim panas, atau yang kalian lakukan di night time sekarang sebelum memulai tutorial di Play Time dengan menggunakan format flashback sesuai how to play reach out sampai instruksi selanjutnya.
|
|
|
Post by chana on Jun 26, 2017 9:24:16 GMT
Name: Cererieann Class: X-2 Gold: 500 Club: None Inventory: None PROLOGUEFleurdrist, The Order of OrchadiaJuli 20xx Home sweet home. Atau tidak juga bagi Cere. Wajahnya sudah lusuh walau ia belum berbuat apa-apa. Membaca jadwal yang padat dengan pertemuan ini itu ingin membuatnya segera kembali ke Snowsky. "Tenang-tenang," kakak laki-lakinya hanya tertawa sejenak ketika Cere menghela napas yang sangat panjang. "Kau bisa kembali ke Snowsky bulan Agustus," lanjut sang kakak. Untung saja Cere masih muda, jadi tidak banyak yang dibicarakan. Hanya dengan modal senyum manis, semua bisa beres, atau, sebagian besar akan beres. Media pun tidak akan menyorotnya secara berlebihan, paling-paling hanya sekedar di media dalam negeri. Cere tidak perlu khawatir ia terlihat berbeda dari dirinya yang di Snowsky. "Nanti aku juga akan ikut ke Snowsky ya!" Kata kakaknya suatu hari. Cere tentu saja melongo, "bukannya kakak akan bekerja?"
"Yeap, aku ke sana untuk bekerja. Tapi aku juga ingin menemui seseorang.." "Siapa?" "Namanya Nico," kakaknya tersenyum, "nanti akan kukenalkan kalau ada kesempatan." --- Snowsky Agustus 20xx Another home sweet home. Boleh deh... Cere kembali disibukkan dengan kegiatan yang terjadwal. Kali ini bukan pertemuan sosial atau semacam itu. Giliran les akademik dan les flute yang bertubi ada di depan. Otak Cere memang biasa-biasa saja, ia tidak cemerlang seperti sang kakak, namun Cere tidak menyerah soal itu. Kegiatan lainnya hanyalah bermain game di ponsel. Kecuali untuk les, Cere jarang keluar penthouse-nya karena memang panas. Tempat-tempat yang ia kunjungi ketika keluar selain les adalah aquarium, segelintir mall, dan perpustakaan. Cere pernah berpapasan dengan beberapa kenalan sekolah ketika ia ke tempat-tempat itu, tapi tentu saja Cere tidak pernah menyapa. Kalaupun ditanya, ia hanya jawab seperlunya. Walau kakak Cere juga ada di Snowsky sampai pertengahan Agustus, tidak banyak yang mereka lakukan bersama. Sang kakak yang lebih tua tujuh tahun itu disibukkan entah oleh apa. Juga pertemuan yang ia sebut dengan kencan. Tapi si misterius Nico tidak juga ia kenalkan. Cere hanya bisa mengangkat bahu, tapi setidaknya ia tidak merasa terlalu kesepian untuk setengah bulan. Selain itu, tidak ada hal besar yang terjadi, Cere melewati bulan Agustus dengan damai. --- Snowsky 0x September 20xx 9:00AMGame... Game... Game.... Belajar lalu game... Cere mendongakkan kepala. "Nona Palazya," di depannya sudah ada guru les matematika yang berkacak pinggang dengan wajah kesal. "Oh..." Cere segera melipat ponselnya dan menggesernya ke laci meja, "oke, saya tidak akan memainkannya lagi." Guru les matematika mendengus kesal sementara seluruh kelas les itu melihat ke arah Cere sambil berbisik-bisik. Ada yang mencemooh, ada yang tertawa, ada pula yang mengasihani, atau mungkin sekedar sarkasme. "Yah... Sudahlah..." Cere melirik ke arah jendela, "sebentar lagi jam istirahat." 11:30AM "Oke.. Sampai mana tadi?" Jari Cere terhenti di tombol "OK". Hampir saja gadis itu menekannya. Sebuah pop out notifikasi muncul tanpa pemberitahuan. Cere mengernyitkan dahi, "apa ini?" Kerutan di dahinya tidak berkurang melainkan tambah parah. Cere kini memasang tampang suuuuuuper datar. Ia langsung menggerakkan jarinya dan menekan tombol tutup. Tapi entah kenapa, begitu ia menekan tombol itu, layar ponselnya langsung gelap. Cere bingung lalu ia mencoba menekan tombol kunci dan lainnya. Tampaknya ponsel itu telah mati. Masih bingung, Cere pun menghidupkan kembali ponselnya. "Brengsek.." Umpat Cere pelan sambil menunggu ponselnya hidup kembali. Ketika ponselnya menyala kembali, hal yang pertama muncul adalah sebuah bar loading pemasangan sebuah aplikasi. Cere kaget dan langsung naik darah, ia segera mencari tempat duduk di ruang istirahat. Virus kah? Kesalahan sistem kah? Cere tidak tahu menahu soal itu. Yang pasti pemasangan itu tidak bisa dihentikan dan kini ia tidak bisa mengakses ponselnya sama sekali karena tombol apapun yang ia tekan tidak berfungsi, termasuk tombol power. Bagaimana kalau mencopot baterai? Belum sempat Cere melakukannya, instalasi pun selesai dan muncul sebuah notifikasi tentang sebuah aplikasi yang sudah terinstal di ponselnya.
Reach Out Messenger Installation Successful Cere merilekskan punggung dan akhirnya ia bisa mengakses kembali ponselnya. Berniat menghapus aplikasi yang datang entah dari mana itu, Cere mencari pilihan uninstall. "Reach Out Messenger....?" Gumamnya sambil mencari pilihan, "bagaimana cara uninstall-nya ini?" Tiba-tiba sebuah jendela muncul, sebuah chatroom dengan lawan bicara bernama Unknwon. Kalau memang ada pilihan lain, Cere pasti akan memilih untuk keluar, tapi sama seperti sebelumnya, tidak ada opsi untuk keluar aplikasi dan notifikasi dari messenger tersebut. Cere menghela napas panjang. Apapun yang Cere katakan dalam chat tersebut, Unknown tidak memedulikannya. Tidak ada jawaban yang berarti. Unknown ini pun mengundang Cere ke dalam sebuah grup chat. Dari pada ia kehilangan event dalam game, Cere memilih untuk masuk ke dalam group chat tersebut untuk menghilangkan notifikasinya yang entah kenapa tidak bisa dihilangkan. Masalah ia akan respons atau tidak, urusan nanti, yang penting game terlebih dahulu. Kalau masalah ponsel, jual saja nanti lalu beli baru, selesai. Namun, kembali, Cere mengernyitkan dahi. Di sana sudah ada sebuah beberapa nama teman sekolahnya. "Tunggu... apa yang sebenarnya...?" Cere memutuskan untuk menunggu apa yang akan terjadi nanti. Menarik? Tidak, ini tidak menarik. Cere merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan, tapi ia juga merasa tidak bisa mengabaikannya. Tidak ada yang Cere post, ia hanya memandangi jendela chat itu sejenak sebelum ia kembali ke game-nya. --- Snowsky September 20xxSudah berhari-hari. Cere masih tidak bisa keluar dari grup chat dari Unknown. Di sana Unknown pun belum muncul juga. Selain saling tuduh satu sama lain, tidak ada yang dilakukan oleh orang-orang yang berada dalam grup chat. Cere merasa tidak yakin kalau mereka semua adalah anggota kelas X-2 yang asli, mungkin seseorang telah mempermainkannya. Namun, Cere yang tidak akrab dengan siapapun di sekolah itu, tidak mungkin bertanya pada seseorang. Cere pun memutuskan untuk menunggu apa yang akan terjadi nanti.
|
|
|
Post by gerubana on Jun 28, 2017 15:24:58 GMT
Name: Raven Class: X-2 Gold: 500 Club: None Inventory: None September 20xx
Kediaman Raven Hawkins, Snowsky City
--9.00 p.m--
A~ah... Sudah akhir musim panas ya? Sebentar lagi masuk sekolah... menyebalkan...
Gumam seorang gadis bersurai scarlet, yang tengah bersantai di kamarnya sambil melihat kalender yang tergantung tepat di hadapannya.
Selama liburan musim panas, tak seperti teman-temannya yang lain, yang mungkin sebagian memilih pulang ke kampung halaman masing-masing, Raven lebih memilih menghabiskan waktu liburannya di kota Snowsky. Itupun hanya diam di rumah saja, melakukan pekerjaan rumah atau semacamnya untuk sekedar membuang waktu.
*Ding*
Terdengar sebuah notifikasi pesan masuk di hpnya dan ia pun membuka pesan tersebut. From: 666
Subject: Es krim enak! Harganya cuma 20 gold loooh~♪
Segera kunjungi Toko Es Krim kami. Baru di buka hari ini. Banyak varian rasa dan harganya murah meriah. Jangan sampai ketinggalan menikmati rasa nikmat dari lembutnya es krim buatan kami♥ Kalian bisa klik tulisan berwarna biru dibawah ini untuk detail tempat atau sekedar melihat-lihat (੭ु ›ω‹ )੭ु
Es krim enak yahud
Kami tunggu kedatangan anda di toko kami ya~♪ Tebar cinta \(*ˊᗜˋ*)/♡
"Hah? Apa ini? Iklan?". Raven sedikit bingung dengan isi pesan tersebut. Terlebih ini aneh, harusnya tak ada yang tahu nomer kontaknya selain keluarga Raven sendiri. Apa jangan-jangan kakaknya mengerjainya? pikir Raven saat itu. Tapi, iklannya boleh juga. Bukan karena harganya tapi Raven benar-benar menyukai Ice Cream.
"Mungkin akan ku coba lihat-lihat dulu". Tanpa memikirkan resikonya apa, karena jelas-jelas pesan itu aneh, Raven langsung saja mengklik tulisan tersebut. Dan terbukalah sebuah halaman situs (?) yang hanya menampilkan tulisan '404Error: Page Not Found' di sana. Terang saja itu membuat Raven kesal. Dia merasa ditipu oleh iklan yang menggunakan ice cream sebagai umpan.
"Ah! Sialan!". Umpatnya. Tapi, daripada marah-marah tidak jelas hanya karena iklan bohongan, Raven memutuskan untuk segera tidur.
Tepat saat itu, layar hpnya memperlihatkan tengah menginstall sesuatu. Hanya butuh waktu beberapa menit penginstallan pun selesai. --<Reach Out Messenger Installation Successful>--
|
|
quadreye
Full Member
college pls staph
Posts: 103
Likes: 0
|
Post by quadreye on Jun 28, 2017 16:00:59 GMT
Name: Theodore Eames Gold: 500 September 20XX
???????
10:29 PMTheo membereskan perlengkapannya, memasukannya ke dalam ransel lalu memakainya. Ia bergerak pergi dari tempatnya tanpa bersuara, seakan sudah biasa. Dari earphonenya terdengar suara yang familiar. "Kerja bagus hari ini! Kapan-kapan aku harus mentraktirmu. Ah, tapi harus secepatnya sebelum kau masuk sekolah. Kau, sih, masuk sekolah asrama. Jadi sulit sekali menemuimu. Kau pun tak bisa kerja, aku jadi kesepian! Apalagi dia datang minggu depan, dan...."
Theo membiarkan suara itu lanjut berbicara, sambil sesekali merespon agar ia tidak dikira mati. Waktunya pulang... September 20XX
Theo’s flat
11:00 PMTheo mengunci pintu depannya, melepas sepatu dan kaus kaki, lalu melemparkan merebahkan dirinya di sofanya, muka duluan. Ia baru pulang kerja, ia lelah, dan ia ingin tidur di sofa saja. Masa bodoh! ................................... :( Ia berguling turun dari sofa lalu mengambil salah satu dari dua hapenya--yang lebih oke dipakai internet. Ia membuka Yahud.com dan mencari gambar-gambar anjing dan kucing yang lucu-lucu untuk menyenangkan hati kecilnya... Jantung Theo nyaris copot. Sebuah pop-up muncul entah dari mana. Ia mendecak kesal karena terganggu kesenangannya, lalu menekan tombol x dengan sedikit lebih banyak tenaga dari yang dibutuhkan. Window pop-up itu tertutup tanpa fanfare--semoga dia malu akan perbuatannya. Menyedihkan. .................. Pasrah, Theo meletakkan hapenya di kitchen island dan bergerak lamban ke kamarnya. 'Downloading...'
Dengan baju yang berbeda, namun masih dengan gerakan lamban, Theo bergerak ke area dapur. Ia membuka kulkas, bengong sebentar, lalu mengambil kotak susu lalu menuangnya di gelas. 'Installing Reach Out Messenger...'
Theo kembali duduk di sofa dengan segelas susu di tangannya. Sambil menyesap susunya lambat-lambat, ia mengambil hapenya dan membuka layar lockscreen. 'Reach Out Messenger successfully installed.' "Eh?" September 20XX
Sky international Hotel Sometime after 19:00 PM Ding!
Pintu lift terbuka dan Theo berjalan keluar, langsung mencari tangga. Tentu saja, ia tak bisa ke atap hotel dengan lift saja, jadi ia harus lewat tangga darurat. Ia menaiki tangga dengan mood yang agak berantakan… Pertemuannya dengan (yang mengaku sebagai) Pak Han (Pak XaH?) itu tidak begitu mengenakkan, dan tadi ia habis disembur Cere berkali-kali. Belum lagi ada unknown yang perkataannya membuatnya yakin bahwa ada sesuatu di atap… Ah, ia jadi gugup... dan agak takut, sebenarnya. Ia tak tahu akan ada apa. Ia telan rasa takutnya dalam-dalam dan menghela napas—ia harus naik. Ada sesuatu. Ia membalasi chat di ROM satu persatu, terutama untuk menenangkan Lucia yang sepertinya kalang kabut. Kasihan anak itu. Akhirnya, Theo sampai di ujung tangga. Di depannya, sebuah pintu biasa yang membuatnya merasa tidak enak. Setelah meneguhkan hatinya, ia membuka pintu dan angin kencang seketika menerpa wajahnya. Hujan rupanya—ia tidak sadar saat ia di dalam hotel. Ah, dia lupa mengatakan di chatroom kalau dia sudah sampai atap. Biarkan saja… Yang ia lihat jauh lebih penting. Ada seseorang di ujung atap, dan sepertinya Theo pernah melihatnya. Mencoba menutupi kepalanya dari hujan agar bisa melihat lebih jelas, Theo berjalan mendekat. Sepertinya orang itu mendengar suara langkah kaki Theo di beton yang becek itu, karena ia berbalik—dan Theo tidak salah. Chase Crawford. Telapak tangannya ditengadahkan ke atas—walaupun gelap dan hujan, sedikit warna merah—warna jelek itu—mengalir dari jari-jarinya. Mereka bertemu pandang, dan matanya ketakutan. Benar-benar takut, dan Theo tahu apa artinya. “Bukan aku…” Chase berbisik, dengan suara yang kecil sekali sehingga Theo secara reflex mendekat untuk mendengarnya lebih jelas. Theo mengerenyit--karena air hujan yang mengaliri wajah Chase, Theo tidak yakin apakah dia sedang menangis atau Theo hanya mengada-ada. “Bukan aku… Bukan aku, Theo…” Bisiknya lagi sambil sesunggukan. Ia benar-benar menangis. “Chase, apa maksudmu?” Theo bertanya… Entah untuk apa. Untuk memastikan, mungkin. “Bukan aku yang membunuhnya.. Bukan.. Bukan aku…” Chase terus bergumam seperti orang kesetanan. Ada suara sirine yang terdengar mendekat, dan Chase yang mendengarnya langsung mencengkram erat lengan jaket Theo seakan ia akan mati jika tidak melakukannya. Theo bertemu mata penuh ketakutan itu sekali lagi, kali ini lebih dekat. “Kau akan menolongku, kan? Iya, kan?” Ia masih sesunggukan, tangannya gemetar. “Tolong bawa aku keluar dari sini…”
Theo menelan ludah. Apa yang harus ia lakukan di saat seperti ini? Jika ia salah, ia yang harus bertanggung jawab… Ia rasa tidak apa-apa, untuk sekarang. Theo menaruh tangannya di bahu Chase dan menatap matanya, sebagai semacam penenang, entahlah. Ia memberikan senyuman 100watt nya, “Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi kau teman sekelasku." "Jadi, aku akan membawamu keluar untuk sekarang,” Kemudian, pandangan Theo mengeras, “Tapi, setelah ini kau harus menjelaskan semuanya sejelas mungkin. Oke?”
|
|
yumiko
New Member
Welcome, collage life
Posts: 46
Likes: 0
|
Post by yumiko on Jun 28, 2017 21:08:14 GMT
Name: Maggie Class: X-2 Gold: 500 Club: None Inventory: None Athens, Greece August 20xx
'Hah aku meleset lagi. Sudah terlalu lama aku tak memegang panahan.' Pikir Maggie Dilihatnya anak panah yang meleset dari sasaran utama. Ia hanya bisa menghela nafas. Sudah satu bulan lamanya semenjak libur sekolah dan ia menghabiskan setengah dari waktu liburannya di negara kelahirannya. "Maggie, sarapan sudah siap. Cepat ke meja makan atau ayahmu akan menghabiskan makananannya." Teriak ibunya dari dalam rumah. Dengan malas, Maggie masuk ke dalam rumah. "Mag, ayah butuh bantuanmu sore ini. Kau bisa kan?" Tanya sang ayah yang sibuk dengan makanannya "Ah masalah itu? Baiklah." ----------------- Snowsky September 20xxPembawa berita menyampaikan beberapa informasi mengenai kondisi politik Snowsky saat ini. Mendengar berita mengenai politik membuat Maggie bosan hingga ia menguap. Ia tidak terlalu peduli dengan politik dan semacamnya. Segera ia mengganti channel televisi ke channel yang lebih menarik. Tapi sayang sekali, ia tak menemukan satupun yang asik untuk ditonton. Muak dengan acara televisi yang membosankan, ia mematikannya. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah membaca beberapa buku yang ia koleksi. Saat hendak pergi ke surga bukunya, handphone Maggie berbunyi menandakan adanya pesan. MENCARI BENDA-BENDA MISTIK DARI BERBAGAI ZAMAN? ATAU DARI BERBAGAI BENUA? DI SINI TEMPATNYA!!!!
KAMI MENJUAL BENDA MISTIK TERLENGKAP. KEASLIAN TERJAMIN. KUNJUNGI WEBSITE KAMI DI SINI
SEGERA BELI DAN DAPATKAN KEJUTAN MENARIK!!!Maggie melihat iklan itu dengan seksama. Apa benar mereka menjual benda-benda mistik lengkap. Apa benda yang sedang ia cari ada di sana? Ia bergulat dengan pikirannya sendiri hingga ia memutuskan untuk menekan link tersebut, akan tetapi yang muncul hanya halaman kosong. Dengan kesal ia meninggalkan ponselnya dan pergi ke ruang baca. Reach Out Messenger successfully installed
|
|
Fio
Junior Member
Why did you run from me...
Posts: 66
Likes: 1
|
Post by Fio on Jun 28, 2017 21:22:59 GMT
Han Sergeyevich Tolstov Хан Серге́евич Толстов Profesi: Konselor sekolah dan wali kelas X-2 Gold: 500 Inventory: Brosur, secarik kertas berisi nama VIP hotel PROLOG Januari, 20xx Vietnam, Provinsi Hòa Bình, Distrik Cao Phong Lokasi: trường THPT Cao Phong (Cao Phong Public High School) Waktu: Sore Usai mengantar para delegasi Rusia yang berkeliling lingkungan sekolah tempat ia bekerja, Han menghela nafas sambil beristirahat di kursi miliknya di ruang konseling; ia memijat-mijat dahinya dan mulai melamun. Para tim ahli dari Rusia tersebut telah menyatakan kesan, saran, dan kritik mereka mengenai tempat ini dan akhirnya, memutuskan untuk memberikan lampu hijau pada proposal yang ia ajukan ke минобрнауки (Minobrnauki-departemen pendidikan) dan МИД (Mid-departemen hubungan internasional) Federasi Russia mengenai kerja sama dengan provinsi utara Vietnam. Setelah 2 tahun Han memperjuangkan proposalnya, akhirnya mereka setuju untuk memberikan bantuan dan dukungan dalam hal edukasi, pelatihan kejuruan, pertukaran budaya, dll nya demi kemajuan sosial-ekonomi kedua pihak. Akhirnya...setelah 2 tahun mereka berkelit dari kerja sama ini. Akhirnya.... mereka takluk juga. pikir Han sambil tersenyum. Padahal sebenarnya, ia tidak perlu mengalami segala kesulitan ini seandainya mau menggunakan pengaruh politik keluarganya. Tetapi, dimana letak keseruannya bila kita melakukan itu? Lagipula, ayahnya yang telah melepasnya pergi merantau tidak mungkin mau membantu "petualangannya" mencari jati diri. Harga diri keluarga Tolstov terlalu tinggi untuk hal-hal sepele seperti ini. Ah...keluargaku.. Senyumnya semakin sumringah begitu ingat keluarga Tolstov. Pada akhir kunjungannya waktu libur natal tahun kemarin, ia menerima banyak kabar menggembirakan dari mereka. Mengagumkan, pikirnya. Ayahnya berhasil masuk Кремль (Kremlin) dan telah menjadi seorang комиссáр (komisaris). "Bayangkan, ayahku... kini комиссáр Сяргей (Komisaris Sergey)!" gumamnya senang. Seperti tidak mau kalah, adiknya pun telah menyelesaikan ujian kenaikan pangkat di ВУНЦ СВ «ОВА ВС РФ» dan menjadi Подполко́вник (Letnan Kolonel) di usia yang begitu muda. Betapa bangganya Han pada keluarga Tolstov. Mengingat keluarganya membuatnya merasa kembali bersemangat. Dia juga mau berhasil seperti mereka dan tidak mau mengecewakan mereka, dengan membuang kesempatan yang telah mereka berikan. Han akan terus mengembangkan potensi para generasi muda seperti yang sudah diamanatkan oleh ibunya, ketika mendorongnya untuk menempuh jalur ini. Aku juga seorang Tolstov. Aku harus mendapatkan gelar master itu.
Juni 20xx Vietnam, Provinsi Hòa Bình, Distrik Cao Phong Lokasi: Rumah tinggal sewaan Han. Waktu: Malam
Semester akhir di THPT Cao Phong akhirnya selesai dan saatnya untuk liburan. Han akhirnya bisa mengambil napas lega. Banyak hal terjadi semenjak kerja sama Rusia-Vietnam ini diberlakukan. Misalnya seperti adanya perubahan-perubahan yang diimplementasikan, datangnya bantuan serta relawan pengajar, kemunculan berbagai ajuan untuk fasilitas baru, semua itu cukup membuatnya kewalahan mengaturnya. Maklum, selain menjadi konselor sekolah, Han juga seorang penasihat kepala sekolah(walaupun jabatan tersebut tidaklah resmi.) Kepala sekolah dan staff lainnya merasa "pengangkatan" tersebut pantas sebab Han memiliki etos kerja yang profesional serta antusiasme yang tinggi untuk memajukan sekolah distrik pedesaan terpencil. Tidak lupa juga berbagai kontribusinya yang signifikan dalam merekomendasikan program baru untuk sekolah hingga pada akhirnya, standar pendidikan di trường THPT Cao Phong meningkat drastis dalam 3 tahun belakangan ini. Bahkan pada tahun ajaran ini, THPT Cao Phong mampu bersaing dengan sekolah lain di ibukota propinsi. Tiada yang menyangka kalau sekolah berprestise di kota bisa terkejar prestasinya oleh sekolah terpencil di pedesaan. Berkat pencapaiannya ini, selain lulus dengan gemilang, gelar Master Bimbingan dan Konseling akhirnya ia terima beberapa minggu lalu sebelum liburan sekolah. Di tengah lamunannya tiba-tiba ponsel Han berbunyi dan sebuah pesan berisi penuh huruf kapital membuat otaknya kembali tersadar. Huang Shaotian... Temanku semasa kuliah yang kini menjadi guru PE. Rupanya dia masih belum berhenti main game online.. pikir Han. Haha, rupanya dia masih ingat visiku.
"HHhhh, aku menyerah. Entah tes macam apa yang mereka berikan sampai dia bisa lulus menjadi guru PE disana..." gumam Han ketir. Oh? Dia mengajakku bekerja bersamanya? Han cukup terkejut dengan ajakan Shaotian. Padahal dia selalu mengomentari caraku mengajar ketika praktek dan kerap menyebutnya gaya "militer", "terlalu sadis", "kaku" dan sebagainya.. Wajar sih, sebab dia memilih gaya mengajar yang berbanding terbalik denganku, yang lebih mementingkan kesenangan bersama tanpa adanya batasan antar murid dan guru serta minimnya aturan untuk murid-muridnya. Tidak hanya dia menjadi guru yang populer, dia pun berhasil menjadi teman bagi murid-muridnya dan menciptakan atmosfer kelas yang menyenangkan. Interaksi dan komunikasinya dengan murid pun sungguh akrab. Jadi kesal kalau ingat bahwa sebenarnya dia guru yang hebat dibalik kepribadiannya yang kekanak-kanakan dan pecandu game akut.
Hmph. Apapun alasannya mengajakku, akan kubuat dia mengakui metodeku juga. Walaupun dia guru yang digemari para murid, tetapi aku masih berkeras pada pendirianku kalau kebebasannya itu seringkali kebablasan dan bisa merugikan para muridnya."Memangnya seperti apa murid-murid disana?" ketik Han. Kalau semua gurunya nyentrik seperti dia, sepertinya aku harus kesana dan mengawasi sistemnya. Jika guru-gurunya seperti ini, aspek mentalitas muridnya bisa jadi terabaikan. Kemudian Han meminta informasi pada Shaotian soal Sky International High. Oh? Rupanya Sky International High sekolah konglomerat... Hmm, pasti akan banyak berurusan dengan anak manja dan bermasalah.
Baiklah, ini menantang. Walaupun nampaknya akan melelahkan. Usai pertimbangan tersebut, Han menyetujui tawaran teman lamanya dan bersiap untuk memulai kepindahannya ke Snowsky. September, 20xx Snowsky Lokasi: Sky International High, Boys Dormitory, North Wing, Room 102 Waktu: Malam "Baiklah,... iya, Baiklah мама. Tentu saja, apa saja untukmu мама." ujar Han kepada ibunya di telepon. "Tidak usah khawatir, aku akan meluangkan jadwal kerjaku seperti tahun lalu. Lagipula Sky International High memiliki banyak staff ahli, jadi aku tak akan melakukan terlalu banyak pekerjaan seperti di trường Cao Phong atau di sekolah-sekolah terpencil sebelumnya... ...Ya, kau benar мама. Sky International High bukan sekolah terpencil seperti sebelum-sebelumnya. Ini adalah sekolah elit di Snowsky. Ya, betul, sekolah yang dihadiri oleh putra keluarga O.X... Baik, aku akan menyapanya, tetapi aku rasa putranya belum mengenalku. Kami belum pernah bertemu sebelumnya... Sewaktu aku berkunjung ke St. Petersburgh dia tidak hadir... Ah, tentu tidak menyusahkanku, мама. Apa ruginya membina hubungan baik dengan orang lain apalagi kalau bisa menguntungkan keluarga kita. Oh, aku harus beristirahat sekarang. Berikan salamku untuk папа(ayah) dan Алёша (Alyosha). Aku cinta kalian." Piip. Bunyi panggilan diakhiri. Han menuangkan dirinya segelas vodka--tentu saja Belvedere, merek favoritnya--lalu melihat sekelilingnya. Sungguh nyaman kamar ini... berbeda 180 derajat dengan rumah yang ia sewa di Vietnam. Tetapi panorama pegunungan provinsi Hòa Bình jauh lebih ia rindukan daripada pemandangan malam di kota ini. Mungkin, ia hanya butuh waktu untuk bisa betah dengan segala kenyamanan ini. Semenjak Agustus, Han sudah pergi meninggalkan Vietnam dan pindah ke Snowsky. Shaotian tidak menjemputnya di bandara karena sedang dikejar-kejar guild lain di gamenya sehingga Han harus membawa sendiri semua barangnya dan berusaha agar tidak tersasar di kota baru yang asing baginya ini. Untungnya, Han sudah terbiasa melakukan semuanya sendirian jadi persiapannya cukup matang dengan membawa barang seperlunya saja(sisanya menggunakan jasa pengiriman) dan mencari info tentang Snowsky serta mempelajari bahasa lokalnya. Tetapi bukan masalah itu yang membuatnya kesal. Yang membuatnya kesal adalah temannya itu, sama sekali tidak memiliki etika dengan meninggalkannya sendirian di hari kedatangannya, dan lebih memilih untuk lanjut bermain di game online. Tetapi meskipun begitu , Han tetap berteman dengannya dan malahan sudah terbiasa. Memang begitulah Shaotian...Mungkin cuma dia satu-satunya manusia di bumi ini yang bisa membuatku naik pitam. хер с ним. (masa bodo dengannya) pikirnya. Mendadak bunyi notifikasi ponsel membuyarkan lamunannya dan sedikit membuatnya kaget. Segera Han meraih ponsel dan membaca isinya. ".....Shaotian." gumamnya geram. Apalagi ini... Tanpa pikir panjang, Han langsung menekan link pesan tersebut dan mendadak sebuah aplikasi sukses terinstall. Reach Out Messenger Installation Successful"Reach Out....Messenger..? Hah? Apa-apaan ini!?" Khawatir ponselnya terinfeksi virus, Han berusaha meng-uninstall aplikasi invasif tersebut namun sia-sia. Aplikasi tersebut tidak tercantum di menu uninstall atau dimanapun. "что за нах…!?! Jangan-jangan ini spyware!?." ujarnya jengkel. Han menjangkau telepon kamar di meja sebelah tempat tidur dan mulai menelepon koleganya yang mengerti teknologi. Namun apa daya, temannya tidak bisa membantunya tanpa melihat problemnya secara fisik. "блядь, Shaotian! Kuhajar kau nanti, ебонат!!!!" serunya ketus. Mulai panik, Han berniat me-reset ponselnya ke factory settings tetapi digagalkan oleh aplikasi tersebut yang membuat ponselnya mengeluarkan notifikasi reset error. "Блять! не получилось!! " umpatnya kasar. Menyerah, akhirnya Han membuka applikasi asing itu dengan berat hati sembari lanjut mengutuk Shaotian. "Sebaiknya ini bukan virus atau--...hmm?" Sebuah window muncul berisi pengenalan panjang oleh seseorang bernama Unknown. Han membaca isinya dengan seksama dan mulai meragukan jika ini semua adalah ulah Shaotian. Hmph, адстой.. Dasar psikopat radikal lokal... pikirnya jengkel. Han menutup jendela tersebut dan terbukalah sebuah chatroom berisi orang-orang yang saling menuduh siapa Unknown. Dari percakapan mereka, mereka semua sepertinya saling kenal... Setelah beberapa hari memikirkan untuk bergabung atau tidak, pada akhirnya Han memutuskan untuk ikut berdialog di dalam chatroom tersebut. Dengan penjelasan dari mereka, Han akhirnya mengetahui kalau ternyata para anggota chatroom tersebut adalah calon-calon muridnya dari kelas X-2. Ada tiga nama yang tidak asing baginya yaitu Sean Cloverfield, Cylen O.X., dan Huang Shaotian. Benar saja, Shaotian tidak tau apa-apa dan tetap menyebalkan seperti biasanya. Usai berdialog panjang, mendadak ada wacana pergi untuk memastikan ancaman Unknown di Sky Hotel. Walaupun Han yakin bahwa itu hanyalah gertakan sambal, beberapa murid menyatakan akan pergi dan itu membuat Han waswas. Kalau sampai terjadi sesuatu pada calon murid-muridnya, dia akan menyesal dia tidak berada disana. Han memutuskan untuk mengawasi mereka di Sky Hotel.
Sesampainya disana, seorang murid bernama Sylviana benar-benar terbunuh; baru pertama kali Han merasa gagal melindungi anak didiknya. Bertekad untuk menjaga murid-muridnya dari Unknown dan menguak misterinya, Han memeriksa kembali area hotel seperti meja staff dan komputer yang baru saja ia betulkan berharap menemukan petunjuk. Pada ujungnya, yang bisa ia temukan hanyalah secarik kertas berisi daftar nama VIP, sebuah brosur, dan sebuah kata yang asing baginya: Kagami... Dengan langkah kaki yang berat, Han keluar dari hotel usai memberikan keterangan pada polisi dan memastikan murid-muridnya telah pulang dari kejauhan. Han tidak bisa menemukan Theo, tetapi dia tidak bisa berbuat lebih banyak lagi karena polisi telah mengisolasi area hotel sampai entah kapan. Dia sudah bukan anggota militer lagi dan sekarang ia hanyalah seorang sipil belaka. Seorang konselor sekolah yang tidak punya wewenang apapun atas penyelidikan aparatur negara. Han menghela nafas lalu tersenyum miris. Terkadang ia rindu hak keistimewaan yang ia punya semasa menjabat sebagai mayor. Han memandang langit yang mulai berubah warna karena fajar menyingsing. Dia merenung sembari terus berjalan ke arah pulang lalu mendengus geli. Baru sebentar disini, sudah mengalami kejadian aneh seperti ini. Snowsky... Sungguh kota yang menarik...
|
|
|
Post by chana on Jul 16, 2017 17:30:04 GMT
Name: Cererieann Class: X2 Gold: 500 Inventory: none Other: Broken flute bag without flute Location: Forest, Cave Entrance & Front of the forest (School ground) DAY 1 : NEW GAME (Nighttime)“Pak Han! Anak-anak..! kalian tidak apa-apa?” seru Emmanuel, salah satu sekuriti sekolah, setelah rombongan X-2 keluar dari gua dengan beberapa anak menopang Teale. Cere menghela napas panjang dengan lega. Dengan keberadaan pak satpam di sana, Cere sangat yakin bahwa permainan Unknown untuk hari itu telah berakhir. Yep, untuk hari itu. Pak Emmanuel terlihat penasaran sekaligus cemas, ia segera membantu membopong yang terluka. Tidak ada yang pak Emmanuel tanyakan sama sekali. Tentu saja, kalau ia bertanya pun pasti mereka semua sudah terlalu lelah untuk menjawab. Akhirnya mereka berhasil sampai dengan selamat memasuki sekolah. Cere melihat ke arah tas flute-nya yang sudah compang camping; sobek di beberapa bagian karena ia telah brutal memakainya sebagai senjata dadakan. Flute-nya sendiri tidak ia ambil. Cere takut akan membangunkan beruang lagi. Gadis itu sebenarnya belum ikhlas. Yamaha Flute 514LPG09, dibuat dengan material yang tidak main-main: pink gold, perak, dan tembaga putih, merupakan hadiah dari sang kakak yang dibeli dengan gaji pertamanya saat ia naik pangkat. Cere menggigit bagian dalam bibirnya. Apa yang harus ia katakan pada kakaknya nanti? Bahwa ia melawan ular dan beruang? Apakah itu dapat dipercaya? Kesal, sedih, marah; semuanya campur aduk. Rasanya Cere ingin menangis lagi, tapi itu pasti akan membuat pertanyaan baru oleh semua orang. Sudah telak hari ini beberapa orang melihat sisi penakut dan histerisnya. Sekali lagi dihembuskannya napas panjang. Kepalanya pusing, tangannya sudah terluka cukup parah, bagian tubuh lain pun banyak goresan dan kotoran. Cere ingin sekali mandi. Namun yang paling pertama dan paling penting, tentu saja mengobati luka. “Saya harap bapak dan anak-anak menjelaskan apa yang terjadi besok," pak Emmanuel angkat suara ketika mereka sudah berada di lingkungan sekolah, tempat yang aman. "Sekarang kalian dipersilahkan pulang dulu," lanjutnya, "akan saya antar menggunakan mobil, apakah kalian mau ke dorm atau ke rumah sakit?” "Saya ingin ke rumah sakit," jawab Cere cepat, ia merasa makin lega pak Emmanuel bersedia mengantar mereka.
|
|
quadreye
Full Member
college pls staph
Posts: 103
Likes: 0
|
Post by quadreye on Jul 16, 2017 18:59:51 GMT
Name: Theo E. Class: X-2 Club: None Gold: 500 Inventory: None “Pak Han! Anak-anak..! kalian tidak apa-apa?” seru Emmanuel setelah rombongan X-2 keluar dari gua dengan beberapa anak menopang Teale. Para rombongan lega setelah melihat sang satpam, termasuk Theo. Pak Emmanuel terlihat khawatir, namun ia tidak menanyakan apapun. Tentu saja ia penasaran. Ah, baru saja tadi siang Theo berkunjung ke kantornya, dan sekarang ia dalam situasi bermasalah begini. Tadi dia melihat Theo mencoba membuka pagar, tidak, ya... Pokoknya, untuk saat ini mereka aman. Teale juga aman, walaupun kondisinya lebih memprihatinkan dari mereka. Bisa dibilang mereka memenangkan permainan unknown... atau mereka jatuh makin dalam ke masalah ini. Unknown tidak main-main... Kematian jauh dari tidak mungkin, kalau begini terus. Tidak masalah untuknya pribadi, tapi yang lain... Teale juga mengatakan sesuatu tentang permainan. Kalau begitu, memang tidak hanya mereka--sekolah ini, kah, targetnya? Sebesar apa pengaruh unknown di antara mereka? Kenapa sekolah ini juga? Tenggelam dalam pikirannya sendiri, ia baru sadar mereka sudah sampai di lingkungan sekolah ketika Pak Emmanuel mulai berbicara. “Saya harap bapak dan anak-anak menjelaskan apa yang terjadi besok, sekarang kalian dipersilahkan pulang dulu. Akan saya antar menggunakan mobil, apakah kalian mau ke dorm atau ke rumah sakit?” Theo berpikir sejenak. Ia masih sedikit gemetar karena adrenalin. Ia memperhatikan tangannya--lepuh karena pagar, lecet di sana-sini. Ada bekas darah--oh iya, tadi kepalanya terkena batu dari Cylen. Ia agak lupa soal itu. Pantas saja kepalanya agak pusing... Ia memperhatikan yang lainnya. Mereka sama kucelnya dengan dia, mungkin minus bau gosong. Kecuali Cere, ia juga tersetrum--sepertinya ia ke rumah sakit. Mungkin Theo lebih baik ke rumah sakit juga... Tapi, tidak, ah. Ia ingin mandi lalu tidur, jadi ia langsung ke dorm saja. Soal kepalanya, bisa lah ia tangani sendiri. Oh iya, kemana si kucing hitam itu? Matanya mencari sekeliling, namun ia tidak menemukannya. Dia ada, kok, ketika mereka keluar hutan. Hmm, mungkin ia memang tinggal di daerah hutan situ. Ia harus mengunjunginya kapan-kapan, mungkin dengan hadiah sekaleng tuna yang enak. Theo menguap di dalam mobil, matanya lurus memandang keluar jendela. Tidak disangka, mereka bisa cukup dalam mobil Pak Emmanuel. Berdesakan, tapi cukup. Theo harus melipat kakinya. Pak Emmanuel mengantar yang ke rumah sakit dulu, lalu ke dorm. Dengan langkah lambat Theo kembali ke kamar dormnya. Bastion sudah kembali, pastinya... Pokoknya, kalau ia bertanya apa-apa, ia harus menunggu sampai besok. Oh iya, ini jam berapa? Ia belum mengembalikan hapenya... Theo langsung melesat ke kamar mandi. Puji syukur memang, untungnya dormnya memberi fasilitas air panas. Theo biasanya lebih suka mandi air dingin entah kenapa, tapi ternyata berguna di saat seperti ini. Ototnya yang lelah menjadi lebih rileks. Walaupun air panas itu menyenangkan, ia tidak berlama-lama di shower. Ia segera bersiap untuk tidur. Saat akan menyikat gigi, Theo melihat refleksi dirinya di cermin kamar mandi. Ternyata luka di jidatnya lumayan juga. Ternyata Cylen bisa melempar sesuatu dengan cukup kuat--sayang sekali bidikannya sembarangan. Peluru yang memantul itu tetap bisa melukai, tahu... Luka itu benar-benar mencolok seperti bendera. Besok anak-anak lain pasti makin bertanya-tanya... Tidak mungkin bisa ditutupi, apalagi karena rambutnya pendek. Di saat seperti ini ia jadi ingin punya poni, tapi rasanya ia tidak akan bisa tahan dengan poni. Ia tidak mengerti kenapa yang lain bisa tahan dengan rambut agak panjang--Bastion misalnya, atau Cylen, dan apalagi Sean dengan rambut jagungnya yang semacam melawan gravitasi. Kok bisa, ya? Hmm, ia juga tak punya band-aid. Ia tidak begitu mengantisipasi cedera di sekolah--kalau saja ia di rumah, pasti ada. Terpaksa ia harus minta di UKS siang nanti. Sekarang, ia ingin tidur. Malam itu, Theo tidur seperti orang mati. (note: Bergulat dengan attachment (dan gagal). Don't mind me )Attachments:
|
|
Cylen O.X.
New Member
Kamu aku dia mereka kami
Posts: 39
Likes: 0
|
Post by Cylen O.X. on Jul 17, 2017 16:23:40 GMT
Name : Cylen Ogechi Xeno Class : X-2 Club : - Inventory : Foto Pria tua berkacamata Gold : 500 Lokasi : Forest
“Pak Han! Anak-anak..! kalian tidak apa-apa?” seru Emmanuel, salah satu security sekolah, setelah rombongan X-2 keluar dari gua dan Cylen menopang Teale. Cylen bersyukur salah satu security yang bernama Pak Emmanuel menemukan kita yang berada di dalam Goa, Entah butuh berapa waktu Pak Emmanuel mencari Pak Han, Murid X-2 , dan Sarra Teale. "Memang hebat Security Sky International" Ucap Cylen dengan gembira (saat perjalanan) Cylen melihat ke arah luka Cere dan luka Theo akibat lemparan batu Cylen, tak disangka Cylen melemparkan batu dengan sembarangan dan akhirnya merekalah menjadi korban, pikiran tersebut masih tersimpan didalam pikiran Cylen. "Ugh pusing" ucap cylen dalam hati sambil memegang kepalanya Cylen masih ingat kejadian saat melawan ular-ular itu, tak disangka Haru dengan wajah polosnya melemparkan batu besar kepada Cylen dan hal itu membuat kepala Cylen terluka. (sesampai di dalam area Sky international School) Akhirnya Cylen melepaskan topanganya dari Teale tersebut dan Cylen kelelahan dan ia kehabisan tenaga ia mengucapkan sesuai sedikit " Bawa ke rumah sakit" *bruk* Cylen yang kehabisan tenaga dan kekuatan fisiknya yang lemah, ia tiba-tiba jatuh pingsan dan dibawa ke rumah sakit sesuai pesan Cylen tadi.
|
|
Fio
Junior Member
Why did you run from me...
Posts: 66
Likes: 1
|
Post by Fio on Jul 17, 2017 19:15:25 GMT
Han Sergeyevich TolstovХан Серге́евич Толстов Profesi: Konselor sekolah dan wali kelas X-2 Gold: 500 Inventory: Brosur, secarik kertas berisi nama VIP hotel Han memperhatikan mereka yang terluka dengan saksama. Nampaknya aku tidak perlu terlalu khawatir, dengan sedikit pertolongan dari staff rumah sakit dan banyak istirahat mereka akan bisa kembali bersekolah. Salah satu yang memiliki cedera cukup lumayan, Theo, menolak untuk dibawa ke rumah sakit. Anak ini...usai tersetrum, melawan hewan liar, dan terkena lemparan batu, tetap memilih untuk pulang ke asrama. Yah, tapi tidak apa. Kelihatannya tubuhnya terbiasa bekerja keras dan telah terbentuk fisik yang atletis serta tahan banting. Dia juga nampak mampu merawat luka-lukanya. Di sisi lain, putra keluarga O.X. yang biasanya terkungkung di rumah... Han melirik wajah Cylen yang pucat dan mulai sempoyongan. Dia memperkirakan tidak lama lagi, putra tycoon itu akan kehilangan kesadaran dan benar saja. Usai meminta dibawa ke rumah sakit si anak rumahan mendadak terhuyung lemas dan secara sigap, Han berhasil menahan kepala Cylen agar tidak terbentur. "Ahh, tuan Сылен! Hampir saja. Kalau sudah begini... Pak Emmanuel, tolong bawa saya ke rumah sakit juga." ujarnya miris. Han berharap bisa kembali ke asrama untuk mengganti setelannya yang sudah lusuh serta menyingkirkan sel kulit mati dari permukaan kulitnya. Namun tampaknya, ia terpaksa harus meminjam fasilitas rumah sakit dan mengabari keluarga Tolstov soal keadaan putra koleganya... Semoga saja aku bisa menghadiri sekolah besok...
|
|
yumiko
New Member
Welcome, collage life
Posts: 46
Likes: 0
|
Post by yumiko on Jul 18, 2017 2:00:38 GMT
Name: Maggie Class: X-2 Gold: 500 Club: - Inventory: - Other: young wolf tailing her
“Pak Han! Anak-anak..! kalian tidak apa-apa?” seru Pak Emmanuel setelah rombongan X-2 keluar dari gua dengan beberapa anak menopang Teale. Maggie lega setelah melihat salah satu security Sky International Boarding School tersebut. Beberapa anak terlihat memiliki luka yang cukup parah, terutama Theo dan Teale. Pak Emmanuel terlihat cemas sekaligus penasaran secara bersamaan. Sepanjang perjalanan menuju area sekolah, mata Maggie tak lepas dari sosok teman sekamarnya yang terlihat sedih. Ia menegerti perasaan kehilangan yang dirasakan oleh Cere saat flute yang cukup indah dan mahal itu berubah menjadi kepingan kepingan kecil.
Setelah berada di lingkungan sekolah lagi, Maggie merasa cukup lega karena tidak akan ada hewan liar lagi yang akan menyerang mereka. Tak disangka, serigala kecil masih mengikuti langkahnya. Dilihat dari ujung matanya, Cylen jatuh pingsan dan segera ditangkap oleh Pak Han agar tak terjatuh ke tanah.
'Huh...malang sekali anak itu' pikir Maggie sambil menghela nafas panjang. Murid yang lain juga terlihat lelah, tetapi Theo yang jelas jelas butuh perawatan malah pergi ke asrama. Mata Maggie sudah terasa berat tapi ia menahannya
"Saya akan ke rumah sakit saja." Ujarnya dengan energi terakhir yang ia miliki
|
|
|
Post by rizarudazo21 on Jul 18, 2017 2:40:54 GMT
Nama : Khoiruru Bastion Gold : 500 Club : None Bastion telah menunggu lama didepan gerbang sendirian,Entah berapa jam dia telah menunggu teman temannya,Walaupun lelah dia tetap berdoa agar teman temanya...Dia menunggu dengan cemas dan selalu berdoa agar teman temannya baik baik saja,kabar serta kedatangan teman temannya yang berada didalam pagar adalah hal yang ia nantikan.Dan Bastion mendapat kabar bahwa mereka telah menemukan Serra Teale dan sebagian dari mereka ada yang segera menuju Rumah sakit dan ada juga sebagian yang kembali menuju Dorm...Dan kecemasan Bastion pun menghilang.Bastion pun memutuskan untuk menunggu beberapa saat lagi... Untuk memastikan bahwa kabar yang diberikan itu adalah sebuah fakta..... Dan selang puluhan menit,Bastion pun melihat teman temannya yang muncul dari hutan dan segera menuju pagar.Karena keadaan sudah terkendali Bastion pun Kembali ke Dorm bersama Theo karena sepertinya akan lebih baik dia mengikuti pelajaran daripada menjenguk kerumah sakit,Siapa tau dia bisa mengajari teman temannya yang ketinggalan beberapa pelajaran...Walaupun dia sangat ingin bolos.
|
|
|
Post by gerubana on Jul 18, 2017 3:22:31 GMT
Name: Raven Class: X-2 Gold: 500 Club: None Inventory: None
“Saya harap bapak dan anak-anak menjelaskan apa yang terjadi besok, sekarang kalian dipersilahkan pulang dulu. Akan saya antar menggunakan mobil, apakah kalian mau ke dorm atau ke rumah sakit?” Ucap salah seorang sekuriti, Emmanuel, menawarkan bantuannya.
Raven sangat sangat lelah sekarang. Bukan karena misi yang diberikan Unknown ataupun berkelahi dengan hewan liar, melainkan karena Maggie. Ya. Sepanjang perjalanan di dalam hutan, Maggie selalu menempel dengan Raven, seperti menggunakan tubuhnya sebagai tameng, sehingga ia tidak dapat bergerak dengan leluasa. Ditempeli seperti itu seluruh energinya terasa dihisap habis oleh perempuan Yunani satu ini. Hingga pada akhirnya Maggie menemukan 'teman hidup' yang baru, seekor anak serigala yang lucu. Raven seakan dibuang. Jahat.
'Aku ingin segera merasakan kenyamanan kasurku' keluhnya yang ingin cepat-cepat kembali ke dorm.
|
|
|
Post by Funyarinpa on Jul 18, 2017 5:23:54 GMT
Name: Sean Class: X-2 Gold: 500 Club: None Inventory: Brosur, Key Card Kamar
Dengan bantuan Cylen, Sean menopang Teale keluar dari gua. Ini bukan yang pertama kalinya Sean bertemu dengan Teale di lokasi yang dijadikan tempat permainan oleh Unknown. Kebetulan...? Atau mungkin Teale hanya salah satu dari bidak-bidak permainan Unknown juga seperti kita? Hahah entahlah~ Namun kalimat yang sempat terucap dari mulut Teale tidak bisa ia hiraukan. "Laki-laki yang menggunakan headset itu…" Sontak pikiran Sean langsung tertuju pada seseorang yang baru saja ia temui beberapa jam yang lalu. Ryan Collin.... Terakhir kali Sean melihatnya di arcade sebelum ia melesat menuju hutan... Kemana orang itu ketika anak-anak yang lain sedang mengikuti perm ainan Unknown di hutan...? Lalu, kenapa Ryan tidak pernah muncul di group chat ROM seperti anak kelas X-2 yang lainnya...? Pertanyaan demi pertanyaan terus muncul. Seakan kebenaran dibalik misteri ini justru semakin menjauh setiap kali ia mengikuti permainan Unknown. Menarik~ “Pak Han! Anak-anak..! kalian tidak apa-apa?” Sesampainya di luar gua, mereka langsung disambut oleh Emmanuel sang security sekolah. Ekspresi lega tampak terlihat di wajah teman-temannya yang lain, beruntungnya mereka. Emmanuel yang tampak mengerti dengan situasi, menawarkan dirinya untuk mengantar rombongan yang baru keluar dari gua ke rumah sakit atau dorm. Tidak seperti teman-temannya yang lain, Sean hanya mendapat sedikit luka lecet, bukan luka yang perlu diberikan penanganan yang serius. Dia pun memutuskan untuk langsung menuju dorm. Dengan harapan ia dapat menemui orang itu keesokan harinya.
|
|
|
Post by chana on Aug 5, 2017 18:20:46 GMT
Name: Cererieann Palazya Class: X2 Gold : 700 Inventory: none Other: none Location: Girls Dorm DAY 2: Chasing Through The haze
(NIGHTTIME)-FLASHBACK-“Begitu. Melihat seragammu dan pertanyaanmu, kau teman Chase ya? Hm..Bagaimana ya menceritakannya, aku tidak ingin menceritakan ke sembarang anak mengenai hal ini…” ujar beliau sambil memijat pelipisnya. Menghela napas, beliau lalu melanjutkan, “Tapi kurasa kau sudah mengetahui mengenai kematian yang menimpa anak kelas X-2, namanya ..hm..Sylviana? dia adalah teman Chase,” Beliau mulai menjelaskan secara serius, “ Dua hari yang lalu mengikuti datangnya surat panggilan kepolisian, ada dua orang yang datang ke sekolah memperkenalkan diri mereka sebagai polisi untuk membawa Chase sebagai saksi pembunuhan Sylviana. Namun setelah memastikan kondisi Chase yang masih dirawat di rumah sakit, panggilannya ditunda sementara. Kemarin, dua polisi datang lagi ke rumah sakit, setelah yakin dengan kondisi Chase, mereka lalu menggiring Chase keluar. Aku…cukup khawatir mengenai hal ini…” Cere menyimak dengan serius, "yang bapak khawatirkan adalah?" “Aku takut Chase sepertinya lebih dicurigai sebagai tersangka," jawab pak Alistair, "dan yang membuatku merasa tidak enak… Salah satu dari polisi itu.. sepertinya bukan orang yang sama dengan yang sebelumnya datang melapor ke sekolah….lalu…” "Lalu?" Tanya Cere tak sabar. “Aku mencium bau seperti sesuatu yang habis dibakar darinya..” ujar pak Alistair sambil memencet hidung dan membaui sesuatu seperti mencoba mengetes penciumannya dan mengingat bau polisi tersebut. “Haah.. aku sempat dikatai berhidung tajam. Tapi aku tidak yakin juga bisa mengalahkan hidung anjing,” ujarnya tertawa mencoba bercanda. “Aku sempat menelepon pak Xiao Tian untuk menghubungi orang sekolah untuk menghalau kedua polisi itu tapi.. tidak ada balasan lebih jauh darinya dan usahaku sia-sia,” Ia lalu bangkit dari duduknya, “Itu saja cerita dariku. OH! Kau mau mencoba pie buatanku? Sebagai tamuku, kau akan kuberi sampel spesial pie percobaanku! Aku ingin membuatnya untuk homecoming! Mau ya?” tanpa menunggu balasan Cere, beliau dengan riang meninggalkannya sementara gadis itu memproses apa yang diceritakan. "Chase pembunuh Sylviana....?"Pak Alistair kembali dengan wajah yang sangat ceria dengan seloyang pie, juga beberapa piring, mungkin buat anak lain nanti? Entahlah. Pie buatan Pak Alistair terlihat menarik walau katanya pie percobaan. Entah rasanya seperti apa. Pak Alistair memotong kuenya dan memberikan satu potong pada Cere. Cere menatap kue pie itu. Pie apel? Tapi rasanya ada wangi labu merah. Sebenarnya Cere masih ragu, tapi melihat wajah pak Alistair yang berbinar-binar menunggu Cere, mana mungkin Cere menolak. Mudah-mudahan saja rasanya tidak absurd seperti makanan favorit sang kakak. Ujung-ujungnya mereka malah membahas pie sebelum Cere kembali ke asrama siswi. -END FLASHBACK- Cere menatap langit-langit kamar. Kini ia sudah kembali ke girls dorm. Tas flute-nya sudah ia buang. Tidak ada yang bisa diselamatkan dari tas itu. Bahkan buku-buku musiknya ikut rusak. Daripada menambah sakit hati, lebih baik buang. Apa yang harus dilakukan sekarang? "Salah satu dari polisi itu.. sepertinya bukan orang yang sama dengan yang sebelumnya datang melapor ke sekolah….lalu.."
Terngiang kata-kata pak Alistair. “Aku mencium bau seperti sesuatu yang habis dibakar darinya..”Sesuatu yang terbakar? Cere memperhatikan telapak tangannya yang masih terbalut perban. Masa iya polisi itu juga kena sengatan listrik? Tapi luka bakarnya kan berbeda. "Sesuatu yang habis dibakar.... Dibakar...?" Cere mencoba mengingat-ingat. Sontak Cere bangun dari posisi tidur. Sesuatu yang dibakar! Ya, Cere ingat. Di hutan kemarin malam, Cere dan teman-temannya sempat beristirahat di area yang tengah-tengahnya ada bekas kumpulan daun kering dan ranting yang sehabis dibakar dan hanya menyisakan onggokannya saja tanpa api sedikit pun. Cepat-cepat Cere mengambil ponselnya, ke chatroom X2. Kini ia jadi banyak bicara, memang bukan saatnya untuk menjaga karakter. Cere benar-benar peduli akan masalah ini. Setelah itu Cere kembali merebahkan diri. Maggie belum kembali, kamar itu terasa sangat lenggang. Ditambah suasana yang sunyi. Tampaknya para penghuni dorm masih melakukan kegiatannya di luar sana. Ada keinginan untuk keluar, tapi badan Cere masih terasa sakit sana-sini. Istirahat sudah jadi pilihan tepat. Berhubung baterai ponselnya juga sudah sekarat, Cere menyerahkan ponsel pada Miss Yukari walau belum larut dan meminta padanya untuk titip mengisi daya jika sempat. Kembali lagi di kamar, pikiran Cere larut ke dalam masa lalu. -FLASHBACK-(INI KALO SIFAT SI NCES SALA GW EDIT NTAR WWWW) Waktu itu baru seminggu Cere bersekolah di Sky International. Baru seminggu, ia sudah membuat kesal orang dan dijauhi. Tempat itu memang baru, tidak ada yang tahu jelas siapa dia dan sifatnya bagaimana. Walau ia bangsawan, Cere hanya berasal dari keluarga cabang, tidak begitu terkenal. Karena itu di sekolah ini, Cere bisa menjadi dirinya sendiri. Cere juga tidak mau cari teman, ia hanya ingin belajar dengan tenang. "Pagi, Cere!" Namun yang satu ini kerap menyapa semua orang di pagi hari. Chase Crawford namanya. Baru seminggu, ia sudah membuat semua orang suka padanya. Pemuda itu juga punya saudara kembar yang satu kelas dengan mereka. Chance Crawford, berbeda dengan kembarannya, Chance lebih terlihat jauh lebih tenang dan mungkin lebih suka menyendiri. Cere agak heran kenapa sifat mereka bisa agak terbalik seperti itu. Hari-hari berikutnya pun Chase kerap sekali menyapa. Dia tidak memulai percakapan yang berarti, hanya sebuah sapaan simpel. Dari sebuah kesederhanaan itu menjadi sesuatu yang luar biasa, siswa-siswi lain pun mulai terbuka pada Chase dan mereka mengobrol dengan akrab. Dan di suatu hari juga hari-hari berikutnya, Chase tidak perlu lagi menyapa setiap orang yang ia lihat, karena orang akan menyapanya duluan. Tidak dengan Cere. Gadis itu tidak akan menyapa duluan. Sekarang Chase sudah jarang juga menyapanya karena siswa-siswi lain sudah merebut percakapan simpel menjadi percakapan rumit. Chase sudah tidak ada waktu untuk hal-hal simpel. Kehilangan? Cere pun bingung. Sapaan-sapaan Chase teringat jelas di kepala. Walau sebentar, Cere sudah terbiasa dengan Chase yang selalu menyapa. Kini Cere hanya melirik sunyi ketika melihat Chase dan Chance masuk ke dalam kelas. Hati kecilnya berharap ada sesuatu yang terucap. Namun tidak pernah ada kata yang keluar. -END FLASHBACK- "Sekarang dia tidak ada di kelas... Senyumnya pun tidak bisa terlihat.." Gumam Cere pelan pada dirinya sendiri. 1 detik 2 detik 3 detik Cere bangkit dengan heboh dan wajah memerah. "Aku... mikir apa deh.....?" Kembali ia diam. "......... Tidur deh!!!" Dengan kasar Cere menarik selimut dan berusaha untuk tidur sampai pagi.
|
|